sumber gambar: http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/teknologi_tepat_guna/dunia-tak-lagi-butuh-energi-fosil/ |
Energi surya merupakan salah satu energi yang sedang
giat dikembangkan saat ini. Salah satu aplikasi energi surya adalah
pemanfatannya dalam konversi energi cahaya menjadi listrik yaitu dengan sel
surya. Sel surya menjadi salah
satu bentuk energi terbarukan atas solusi krisis energi, sehingga banyak
penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan ‘solusi cerdas atasi masalah
energi’. Indonesia sebenarnya sangat
berpotensi untuk menjadikan sel surya sebagai salah satu sumber energi masa
depan, mengingat posisi Indonesia pada garis khatulistiwa yang memungkinkan
sinar matahari dapat optimal diterima di hampir seluruh Indonesia sepanjang
tahun. Pengembangan solar cell atau sel surya menjadi sebuah tuntutan
ketika manusia dihadapkan pada berbagai kerusakan lingkungan akibat penggunaan
bahan bakar fosil dan global warming. Perkembangan yang menarik dari
teknologi sel surya saat ini salah satunya adalah sel surya yang mengadopsi
sistem fotosintesis oleh Jong
Hyun Choi, seorang asisten professor di Purdue University.
Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas surya
(matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain.
Energi surya menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air, uap, angin,
biogas, batu bara, dan minyak bumi. Teknik pemanfaatan energi surya mulai
muncul pada tahun 1839, ditemukan oleh A.C. Becquerel. Ia menggunakan kristal
silikon untuk mengkonversi radiasi matahari, namun sampai tahun 1955 metode itu
belum banyak dikembangkan. Selama kurun waktu lebih dari satu abad itu, sumber
energi yang banyak digunakan adalah minyak bumi dan batu bara. Upaya
pengembangan kembali cara memanfaatkan energi surya baru muncul lagi pada tahun
1958.
Seperti layaknya sel tumbuhan hidup, sel surya dengan prinsip kerja
fotosintesis ini mampu memperbaiki atau mereparasi dirinya sendiri sehingga
lebih awet dan tahan lama. Sel ini dapat mengkonversi energi dari cahaya
matahari menjadi energi listrik. Hal yang berbeda dari sel surya komersial lainnya
adalah bahwa sel surya ini terbuat dari bahan karbon nanotubes dan DNA dengan fotoreseptor suatu zat
warna yang disebut kromofor (chromophore) sebagai
pengganti klorofil pada tumbuhan. Sel fotoelektrokimia ini mengkonversi energi
cahaya matahari menjadi energi listrik menggunakan elektrolit untuk mentransfer
elektron dan menciptakan arus listrik. Sistem sel ini tersusun atas lapisan
karbon nanotubes yang dihubungkan dengan zat warna kromofor menggunakan suatu
untai molekul oligonukleotida (semacam DNA). Kromofor bertindak sebagai
penyerap energi cahaya matahari yang akan mentransfer elektronnya kepada
nanotube karbon lewat elektrolit. Karbon nanotube yang merupakan konduktor yang
baik kemudian akan menghasilkan arus listrik dari elektron yang kemudian dapat
digunakan untuk berbagai keperluan manusia. Kromofor ini rentan terhadap cahaya
dan mudah rusak, sehingga perlu untuk diganti.
Disinilah untai DNA berperan penting karena dapat mengkode pembuatan kembali kromofor sehingga dapat digunakan kembali. Terobosan yang sangat cemerlang ini dapat menghasilkan cara baru menuai energi alternatif. Hal ini terinspirasi oleh sistem mekanisme konversi energi matahari ke bentuk energi lain yang dimiliki oleh alam, seperti halnya fotosintesis yang sangat efisien. Kemudian diaplikasikan dengan menggabungkan teknologi biomolekul dan nanomaterial. Tidak tertutup kemungkinan terobosan sel surya tersebut diproduksi secara massal demi penggunaan energi yang ramah lingkungan secara global.
Disinilah untai DNA berperan penting karena dapat mengkode pembuatan kembali kromofor sehingga dapat digunakan kembali. Terobosan yang sangat cemerlang ini dapat menghasilkan cara baru menuai energi alternatif. Hal ini terinspirasi oleh sistem mekanisme konversi energi matahari ke bentuk energi lain yang dimiliki oleh alam, seperti halnya fotosintesis yang sangat efisien. Kemudian diaplikasikan dengan menggabungkan teknologi biomolekul dan nanomaterial. Tidak tertutup kemungkinan terobosan sel surya tersebut diproduksi secara massal demi penggunaan energi yang ramah lingkungan secara global.
Sumber: